logo palembang
Ngidang: Harmoni Kuliner dan Kekeluargaan dalam Tradisi Palembang
culture food

Ngidang: Harmoni Kuliner dan Kekeluargaan dalam Tradisi Palembang

June 20, 2025
0 min read

Di tengah kekayaan budaya Palembang yang memesona, terdapat sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu, menjadi cerminan kebersamaan dan filosofi hidup masyarakatnya: Ngidang. Tradisi ini adalah cara unik menyajikan hidangan dalam acara-acara besar, baik itu pesta pernikahan, syukuran, khitanan, atau perayaan hari raya. Lebih dari sekadar menyantap makanan, Ngidang adalah wujud nyata gotong royong, penghormatan terhadap tamu, dan ajang mempererat tali kekeluargaan.


Sejarah dan Filosofi: Akar Gotong Royong dalam Santapan Bersama

Tradisi Ngidang memiliki akar sejarah yang dalam dalam masyarakat Palembang, khususnya di kalangan keluarga besar yang masih memegang teguh adat istiadat. Sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam, cara penyajian makanan dalam perjamuan selalu memiliki aturan dan tata krama tersendiri. Ngidang lahir dari kebutuhan untuk melayani tamu dalam jumlah besar secara efisien dan penuh kehormatan, sekaligus memaksimalkan interaksi sosial.

Filosofi utama Ngidang terletak pada konsep kebersamaan dan kesetaraan. Berbeda dengan prasmanan modern, dalam Ngidang, hidangan diletakkan di tengah-tengah kelompok-kelompok kecil tamu yang duduk melingkar atau berhadapan. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 5-10 orang yang akan menyantap hidangan yang sama secara kolektif. Ini mendorong interaksi langsung, berbagi makanan, dan suasana akrab layaknya keluarga.

Asal usul kata "Ngidang" sendiri berasal dari kata "hidang" yang berarti menyajikan. Dalam praktiknya, proses Ngidang melibatkan peran aktif dari seluruh anggota keluarga. Kaum ibu dan remaja putri biasanya bertugas menyiapkan dan menata hidangan di dapur, sementara kaum pria dan remaja putra bertugas mengantar dan menyajikan hidangan tersebut ke "bidang-bidang" (tempat hidangan diletakkan). Hal ini menunjukkan pembagian peran yang jelas dan semangat gotong royong yang menjadi tulang punggung tradisi ini.

"Pembangunan" atau tepatnya pemeliharaan tradisi Ngidang ini terus dilakukan dari generasi ke generasi. Tidak ada pembangunan fisik yang spesifik, melainkan upaya kolektif masyarakat untuk menjaga nilai-nilai luhur di baliknya. Ini mencakup:

  1. Pewarisan Keterampilan: Resep masakan, cara menata hidangan, hingga etika melayani tamu dalam Ngidang diajarkan secara lisan dan praktik dari orang tua ke anak.

  2. Pelestarian Alat Tradisional: Penggunaan dulang (nampan besar), piring-piring khusus, dan tempat air minum tradisional masih dipertahankan untuk menjaga keaslian tradisi.

  3. Penguatan Komunitas: Tradisi ini menjadi ajang berkumpul dan berinteraksi bagi seluruh anggota keluarga dan tetangga yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan acara.

Ngidang, dengan segala prosesnya, adalah sebuah bentuk kearifan lokal dalam mengelola sebuah perjamuan besar, di mana setiap aspek dipikirkan untuk kenyamanan tamu dan kebersamaan keluarga.


Fakta Menarik dan Keunikan Tradisi Ngidang

Ngidang menawarkan beberapa fakta dan keunikan yang membuatnya istimewa:

  1. Sistem Penyajian Komunal: Hidangan utama diletakkan di tengah-tengah, dan tamu mengambil sendiri. Ini berbeda dengan prasmanan (뷔페) atau penyajian perorangan.

  2. Variasi Hidangan Khas Palembang: Hidangan yang disajikan dalam Ngidang biasanya adalah masakan khas Palembang yang kaya rasa, seperti nasi minyak, malbi, kari kambing, sate, opor, dan berbagai lauk-pauk tradisional lainnya. Kudapan manis dan buah-buahan juga tak ketinggalan.

  3. Etika dan Tata Krama: Ada aturan tak tertulis dalam Ngidang, seperti mendahulukan orang tua mengambil makanan, tidak mengambil terlalu banyak agar yang lain kebagian, dan menjaga kebersihan "bidang" masing-masing.

  4. Penggunaan Dulang: Hidangan seringkali diletakkan di atas dulang (nampan besar dari logam atau kayu) yang dilapisi kain bersih, kemudian diletakkan di meja rendah atau langsung di lantai yang beralas tikar.

  5. Simbol Gotong Royong: Proses persiapan dan penyajian melibatkan banyak orang, dari keluarga inti hingga tetangga dan kerabat jauh, menunjukkan kuatnya budaya gotong royong di Palembang.

  6. Mempererat Silaturahmi: Duduk melingkar dan berbagi makanan secara langsung mendorong percakapan, tawa, dan interaksi yang lebih intim antar tamu, memperkuat ikatan kekeluargaan.

  7. Pakaian Adat: Dalam acara-acara tertentu, para penyaji atau tuan rumah mungkin mengenakan pakaian adat Palembang, menambah nuansa tradisional dan kemeriahan.


Cara Akses untuk Mengalami Tradisi Ngidang

Ngidang bukanlah sebuah tempat atau destinasi fisik yang bisa diakses dengan alamat spesifik. Ini adalah sebuah tradisi yang terjadi dalam acara-acara khusus. Untuk dapat mengalami tradisi Ngidang, Anda dapat:

  1. Menghadiri Acara Adat/Perayaan Lokal: Cara terbaik adalah diundang atau menghadiri acara-acara adat masyarakat Palembang seperti:

    • Pesta pernikahan adat.

    • Acara syukuran (misalnya syukuran rumah baru, haji).

    • Acara khitanan.

    • Perayaan hari raya Idul Fitri atau Idul Adha di rumah-rumah keluarga besar. Tanyakan kepada kenalan lokal atau biro perjalanan apakah ada acara yang memungkinkan pengunjung berpartisipasi atau menyaksikan tradisi Ngidang.

  2. Mengikuti Paket Tur Budaya: Beberapa operator tur di Palembang mungkin menawarkan "pengalaman makan malam budaya" yang menyajikan hidangan ala Ngidang, meskipun ini mungkin tidak seautentik Ngidang dalam acara keluarga sungguhan.

  3. Berkunjung ke Rumah Makan Khas Palembang (dengan Konsep Khusus): Beberapa restoran atau rumah makan khusus di Palembang mungkin mengadopsi gaya penyajian ala Ngidang untuk grup atau pemesanan khusus seperti Rumah Ong Boen Tjit.

Ngidang adalah jantung keramahan Palembang, sebuah perayaan rasa, kebersamaan, dan warisan yang hidup. Mengalami tradisi ini adalah menyelami esensi budaya Palembang yang sebenarnya.

Tags

culture food

Share This Article

Subscribe to Our Newsletter

Get notified about new articles on culture food and other topics.

Popular Tags

FoodCultureReligionTraditionsHistoryGlobalHeritageModern