Di jantung Kota Palembang, bersemayam sebuah permata sejarah yang tak ternilai, tepatnya di Jl. Sultan Mahmud Badaruddin. Berlokasi strategis di tepi Sungai Musi, bersebelahan dengan Benteng Kuto Besak yang megah, berdiri tegak Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Museum ini bukan sekadar bangunan tua, melainkan sebuah gerbang waktu yang membawa pengunjung menyelami kekayaan peradaban Palembang, mulai dari era prasejarah, kejayaan Sriwijaya, masa kesultanan, hingga periode kolonial.
Sejarah dan Transformasi Bangunan: Dari Residen Belanda hingga Museum Bersejarah
Sejarah bangunan yang kini menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II sangatlah menarik dan mencerminkan perjalanan panjang Palembang. Bangunan ini awalnya didirikan pada tahun 1823 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Fungsi utamanya saat itu adalah sebagai Kantor Residen Belanda di Palembang. Residen adalah pejabat tinggi kolonial yang bertanggung jawab atas administrasi dan pengawasan wilayah, sehingga bangunan ini menjadi pusat kekuasaan Belanda di Palembang.
Arsitektur bangunan ini jelas menunjukkan pengaruh gaya kolonial Eropa, dengan ciri khas yang kokoh dan fungsional. Bangunan ini dirancang untuk menunjukkan dominasi dan stabilitas kekuasaan kolonial di wilayah yang strategis ini.
Setelah Indonesia merdeka, fungsi bangunan ini mengalami beberapa perubahan. Pada masa awal kemerdekaan, bangunan ini sempat digunakan sebagai Kantor Komando Daerah Militer (Kodam). Kemudian, ia juga pernah menjadi Kantor Markas Besar Polisi Militer Daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumsel). Perubahan fungsi ini menunjukkan betapa pentingnya lokasi dan struktur bangunan ini dalam berbagai era pemerintahan.
Ide untuk menjadikan bangunan bersejarah ini sebagai museum mulai muncul pada era 1980-an. Pertimbangan utamanya adalah nilai sejarah bangunan itu sendiri, lokasinya yang sangat strategis di pusat kota dekat ikon-ikon Palembang lainnya, dan kebutuhan akan wadah yang layak untuk memamerkan koleksi-koleksi sejarah dan budaya Palembang yang terus bertambah. Setelah melalui proses persiapan dan penataan, bangunan bekas Kantor Residen Belanda ini secara resmi dialihfungsikan dan dibuka untuk umum sebagai Museum Sultan Mahmud Badaruddin II pada tanggal 5 November 1984.
Nama museum ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1852), salah satu Sultan Palembang Darussalam yang paling terkenal dan berjasa. Beliau adalah pemimpin yang gigih menentang penjajahan Belanda dan Inggris, serta dikenal sebagai figur yang visioner dalam memajukan kesultanan. Pemberian nama ini adalah bentuk penghormatan atas perjuangan dan warisan beliau, sekaligus untuk memperkuat identitas lokal museum.
Fakta Menarik dan Koleksi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Meskipun secara fisik tidak ada "pembangunan" dalam arti mendirikan gedung baru saat diresmikan sebagai museum (karena menggunakan bangunan lama), proses penataan interior, konservasi koleksi, dan pembangunan fasilitas pendukung telah dilakukan. Museum ini memiliki beragam koleksi yang kaya dan dibagi ke dalam beberapa kategori:
Koleksi Arkeologi: Museum ini memamerkan berbagai peninggalan dari masa prasejarah hingga zaman klasik (Hindu-Buddha). Pengunjung dapat menemukan replika prasasti Kedukan Bukit, salah satu prasasti penting dari Kerajaan Sriwijaya yang menceritakan tentang Dapunta Hyang dan perjalanannya. Ada juga patung-patung Buddha kuno dari berbagai periode dan gaya, serta Arca Ganesha bergaya Amarawati, yang menunjukkan pengaruh budaya India dalam peradaban Sriwijaya. Sisa-sisa sejarah lain dari era Sriwijaya, seperti pecahan keramik, alat upacara, dan perhiasan, juga bisa ditemukan.
Koleksi Etnografi: Bagian ini menampilkan kekayaan budaya masyarakat Sumatera Selatan. Pengunjung bisa melihat berbagai jenis pakaian adat, peralatan rumah tangga tradisional, senjata tradisional, alat musik tradisional, dan perkakas pertanian dari berbagai suku di Sumatera Selatan, seperti Suku Palembang, Musi, Ogan, Komering, dan lainnya.
Koleksi Numismatik (Mata Uang): Museum ini memiliki koleksi mata uang dari berbagai periode, mulai dari koin-koin kuno yang digunakan pada masa Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam (termasuk koin pitis), hingga mata uang kolonial Belanda dan mata uang Indonesia dari berbagai era.
Koleksi Biologi: Bagian ini mungkin tidak terlalu banyak, namun menampilkan beberapa contoh flora dan fauna yang khas dari Sumatera Selatan, terutama yang memiliki nilai historis atau ekologis.
Koleksi Seni: Berbagai karya seni dari Palembang, termasuk lukisan, patung, dan kerajinan tangan yang mencerminkan kekayaan artistik lokal.
Arsitektur Kolonial yang Terjaga: Bangunan museum itu sendiri adalah sebuah koleksi. Pengunjung bisa mengapresiasi arsitektur kolonial yang masih asli, dengan pintu dan jendela besar, langit-langit tinggi, serta tata ruang yang mencerminkan fungsi awalnya sebagai kantor pemerintahan.
Lokasi Ikonik: Posisinya yang tepat di seberang Jembatan Ampera dan di sebelah Benteng Kuto Besak menjadikannya bagian tak terpisahkan dari lanskap ikonik Palembang.
Dampak bagi Masyarakat
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat Palembang dan para pengunjung:
Pusat Edukasi Sejarah dan Budaya: Museum ini adalah sumber belajar utama bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk memahami sejarah Palembang secara komprehensif. Dari asal-usul Sriwijaya hingga masa modern, museum ini menyajikan narasi yang utuh tentang perjalanan Palembang.
Pelestarian Warisan Bangsa: Dengan merawat dan memamerkan koleksi-koleksi penting, museum ini berperan krusial dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai harganya. Ini memastikan bahwa peninggalan masa lalu dapat dipelajari dan dihargai oleh generasi mendatang.
Pengembangan Pariwisata: Sebagai salah satu destinasi wisata unggulan, Museum SMB II menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Keberadaannya meningkatkan daya tarik pariwisata Palembang, berkontribusi pada ekonomi lokal melalui peningkatan kunjungan, dan mendorong sektor-sektor terkait.
Peningkatan Kesadaran Identitas: Dengan melihat dan berinteraksi langsung dengan peninggalan sejarah, masyarakat Palembang dapat merasakan koneksi yang lebih dalam dengan akar budaya mereka. Ini memperkuat rasa bangga dan identitas sebagai bagian dari peradaban yang besar.
Tempat Rekreasi Edukatif: Museum menawarkan alternatif rekreasi yang mendidik bagi keluarga. Orang tua dapat membawa anak-anak mereka untuk belajar sejarah dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.
Pusat Penelitian: Bagi para peneliti, arkeolog, dan sejarawan, museum ini adalah sumber data primer yang sangat berharga untuk studi tentang Palembang dan Sumatera Selatan.
Cara Akses Menuju Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Berada di pusat kota yang sangat mudah dijangkau, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dapat diakses dengan berbagai moda transportasi:
Dengan Light Rail Transit (LRT) Palembang: Ini adalah cara paling modern dan efisien. Stasiun LRT terdekat adalah Stasiun Ampera. Dari Stasiun Ampera, Anda hanya perlu berjalan kaki sangat singkat, sekitar 2-5 menit, untuk mencapai museum yang terletak di seberang Jembatan Ampera. Lokasinya sangat strategis dan terlihat jelas dari stasiun.
Dengan Angkutan Umum (Trans Musi/BRT Palembang): Beberapa koridor Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi melewati atau memiliki halte yang sangat dekat dengan Jalan Sultan Mahmud Badaruddin atau Jembatan Ampera. Anda bisa mencari rute yang menuju ke pusat kota dan turun di halte terdekat, kemudian berjalan kaki singkat.
Dengan Taksi atau Transportasi Online: Layanan taksi konvensional maupun aplikasi transportasi online (Gojek/Grab) sangat mudah ditemukan di Palembang. Cukup masukkan "Museum Sultan Mahmud Badaruddin II" sebagai tujuan Anda, dan pengemudi akan mengantar langsung ke lokasi. Ini adalah pilihan yang nyaman.
Dengan Kendaraan Pribadi: Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, museum terletak di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin yang merupakan jalan protokol di pusat kota. Tersedia area parkir di sekitar museum, meskipun pada jam-jam sibuk atau saat ada acara besar, mencari tempat parkir mungkin memerlukan sedikit usaha.
Dengan Perahu Ketek: Untuk pengalaman yang unik, Anda bisa menyewa perahu ketek dari dermaga di bawah Jembatan Ampera. Perahu ini akan mengantar Anda ke dermaga di dekat museum atau Benteng Kuto Besak, memberikan pemandangan yang indah dari arah Sungai Musi.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah pilar penting dalam pelestarian sejarah Palembang. Melalui koleksinya yang beragam dan lokasi yang ikonik, museum ini tidak hanya berfungsi sebagai penjaga masa lalu, tetapi juga sebagai inspirasi bagi masa depan Palembang sebagai kota yang kaya akan budaya dan sejarah. Mengunjungi museum ini adalah pengalaman yang memperkaya, memungkinkan kita untuk memahami dan mengapresiasi warisan peradaban yang gemilang di Bumi Sriwijaya.